
Sebenarnya jika kita telisik lebih
jauh pengertian Sedulur Papat Lima Pancer ini sebenarnya terus berkembang
mengikuti jamannya. Tidak lekang oleh waktu.
Sebelum kita beranjak lebih jauh ke
sebuah tujuan, tentu hal yang sangat penting adalah alamat tujuan itu sendiri.
Tujuan tersebut dalam hal ini tentu saja pengertian Sedulur Papat Lima Pancer
yang akan kita bincang kali ini.
Secara umum, pengertian Sedulur
Papat Lima Pancer adalah penyelarasan jagad kecil atau mikrokosmos, dan lebih
specifik lagi adalah manusia atau diri kita sendiri dengan jagad besar atau
alam semesta ini (makrokosmos). Saudara yang empat yang ada di jagad besar itu
adalah empat kiblat yang ada yaitu timur, selatan, barat dan utara. Ditambah
saudara pancer yaitu tengah dimana diri manusia itu berada.
Sedangkan empat saudara yang
berkaitan dengan jagad kecil (manusia) adalah apa-apa yang mengiringi
kelahirannya. Mereka itu adalah kakang kawah (air ketuban), adi ari-ari
(plasenta), getih (darah) dan puser (tali plasenta). Sedangkan yang kelima
pancernya adalah diri manusianya itu sendiri.
Dari pengertian asal ini kemudian
berkembang dengan adanya pengaruh agama Hindu. Sedulur papat (empat saudara)
kemudian dimaknai selain sebagai empat kiblat juga kemudian dimaknai sebagai
unsur alam yang menjadi pembentuk jasad manusia.
Empat anasir tersebut adalah
bumi/tanah, air, api, dan angin. Sedang yang kelima pancer adalah diri manusia
itu sendiri. Demikianlah sekilas tentang pengertian paling dasar tentang
konsepsi Sedulur Papat Lima Pancer.
Nah, agar tidak bias dan mbleber kemana-mana
sekarang kita kerucutkan pada konsep Sedulur Papat Lima Pancer dalam versi
kekinian atau modern. Namun sebelumnya mari kita simak tembang dhandanggula
yang terserat dalam Kidungan Purwajati untuk memudahkan maksud saya dalam
tulisan kali ini. cuplikannya sebagai berikut ;
Ana kidung ing kadang
Marmati Amung tuwuh ing kuwasanira
Nganakaken saciptane Kakang
Kawah puniku
Kang rumeksa ing awak mami
Anekakake sedya Ing kuwasanipun
Adhi Ari-Ari ingkang Memayungi laku kuwasanireki
Angenakken pangarah Ponang Getih ing
rahina wengi ngrerewangi
Ulah kang kuwasa Andadekaken karsane Puser kuwasanipun
Nguyu-uyu sabawa mami
Nuruti ing panedha Kuwasanireku
Jangkep kadang ingsun papat Kalimane
wus dadipancer sawiji Tunggal sawujud ingwang.
Pada tembang di atas, disebutkan
bahwa saudara empat (sedulu papat) itu adalah terdiri dari; Marmati, Kawah,
Ari-Ari (plasenta atau tembuni) dan darah atau orang Jawa menyebutnya Getih
atau dalam Kejawen sering disebut Rahsa. Kesemuanya tersebut berpusat di Pusar
atau dalam konteks ini adalah Bayi. Jelasnya, mereka ini ada pada setiap
manusia.
Pertanyaannya, mengapa disebut
Marmati, Kakang Kawah, Adhi Ari-Ari, dan Rahsa?
Begini kisanak, Marmati itu artinya
Samar Mati (takut mati)! Meski saya belum pernah hamil dan tidak akan pernah
hamil, lha jelas toh, mosok laki-laki hamil. Umumnya, bila seorang ibu sedang
hamil, sehari-hari pikiranya jan selalu khawatir karena Samar Mati. Untuk lebih
jelasnya, silahkan tanya pada istri atau simbok masing-masing ya.
Rasa khawatir tersebut hadir
terlebih dahulu sebelum keluarnya Kawah (air ketuban), Ari-Ari, dan Rahsa.
Makanya, rasa Samar Mati itu kemudian dianggap Sedulur Tuwo (saudara tua).
Dalam sebuah proses kelahiran, yang keluar terlebih dahulu adalah Air Kawah
(air ketuban) sebelum lahir sang bayi, itulah makanya kemudian Kawah lntas
dianggap sedulur tuwo yang biasa disebut kakang (kakak) Kawah tersebut.
Urutannya adalah, Kawah, kemudian disusul dengan jabang bayi baru kemudian
Ari-Ari (plasenta atau tembuni).
Selanjutnya, karena Ari-Ari keluar
setelah jabang bayi lahir, ia disebut sebagai Sedulur enom (saudara muda) atau
dalam hal ini disebut Adhi (adik) Ari-Ari. Dalam satu proses kelahiran, tentu
juga mengeluarkan Rah (darah atau getih). Nah, keluarnya Rah (rahsa) ini juga
pada waktu akhir, dan hal ini juga dianggap sama, Sedulur Enom. Kemudian, Puser
(tali pusat) jabang bayi umumnya gugur (pupak) ketika bayi sudah umur sepasar (tujuh
hari). Tali pusat yang gugur juga dianggap sebagai saudara si bayi. Puser ini
dianggap pusatnya Saudara Empat. Nah, dari sinilah kemudian muncul istilah
Sedulur Papat Lima Pancer.
Bagi wong Jowo semua 'sedulur' tadi
harus diruwat, dirawat dan dihormati dengan cara diselamati dengan 'bancaan'
atau tumpengan. Mereka semua dianggap 'pamomong' atau penjaga manusia. Biasanya
penyebutan untuk mereka dan sekalian untuk unsur-unsur alam semesta disebut
dengan"sedulurku sing lahir bareng sedino, sing ora lahir bareng
sedino, sing kerawatan lan sing ora kerawatan".
Artinya : "saudaraku yang lahir
bersamaan sehari denganku (air ketuban, ari-ari, darah kelahiran, tali
plasenta,dan ruh/jiwa), saudara yang tidak lahir bersamaan (unsur alam
semesta), yang terawat maupun yang tidak terawat".

Sedikit saya nukilkan penjabaran
singkat keempat nafsu tersebut adalah sebagi berikut ;
Aluamah / Serakah : Manusia itu pada dasarnya memiliki rasa serakah dan
aluamah. Secara umum nafsu aluamah berkaitan dengan insting dasar manusia.
Yaitu keinginan untuk makan, minum, berpakaian, bersenggama, dan lain
sebagainya. Dikatakan bahwa nafsu aluamah ini terjadi karena pengaruh unsur
tanah yang menjadi unsur pembentuk jasad manusia.
Sufiyah / Keindahan : Manusia itu umumnya senang dengan hal-hal yang bersifat
keindahan misalnya, wanita (asmara). Nafsu sufiyah ini juga sangat berkaitan
dengan keinginan duniawi untuk dipuji, untuk kaya, mendapat derajat dan
pangkat, loba, tamak dan lain sebagainya.
Maka dari itu manusia yang terbenam
dalam nafsu asmara / birahi diibaratkan bisa membakar dunia. Nafsu ini
berpadanan dengan sifat udara yang menjadi unsur pembentuk jasad. Sifat dari
udara adalah selalu ingin memenuhi ruang selagi ruang itu ada (ruang kosong).
Amarah : Nafsu amarah berkaitan dengan keinginan untuk
mempertahankan harga diri, rasa marah, dan emosi. Pengertiannya, bila manusia
hanya mengutamakan nafsu amarah saja, tentu akan selalu merasa ingin menang
sendiri dan selalu ribut / bertengkar dan akhirnya akan kehilangan kesabaran.
Dikatakan nafsu ini mendapat pengaruh dari sifat panas / api yang menjadi
pembentuk jasad mansia.
Mutmainah / Keutamaan: Nafsu muthmainah adalah nafsu yang mengajak kearah
kebaikan. Walaupun nafsu ini merupakan keutamaan atau kebajikan, namun bila
melebihi batas, tentu saja tetap tidak baik. Contohnya: memberi uang kepada
orang yang kekurangan itu bagus, namun apabila memberikan semua uangnya
sehingga kita sendiri menjadi kekurangan, jelas itu bukan hal yang baik.
Dikatakan bahwa nafsu ini mendapat
pengaruh sifat air yang juga menjadi pembentuk jasad manusia.
Keempat nafsu yang ada harus
'dirawat', diatur, diseimbangkan dan harus berjalan dibawah kendali akal dalam
bimbingan hidayah ilahi. Itulah makna dari 'angaweruhi' (merawat) sedulur papat
lima pancer, dalam terminologi empat nafsu manusia.
Namun bagi saya, pemaknaan yang
konfrenhensif yang melibatkan macam-macam pengertian yang ada itulah yang harus
kita hayati. Yaitu mengakui dan menyelaraskan diri kita (mikrokosmos) sebagai
bagian dari jagad besar (makrokosmos) dan sekaligus pengendalian diri kita atas
nafsu-nafsu kita dibawah akal dan dalam 'pituduh' (petunjuk / hidayah) ilahi.
Selanjutnya mari kita beranjak lagi
pada Sedulur Papat Lima Pancer dalam konsep kemalaikatan. Namun sebelumnya, ini
tidak menyepadankan, ini hanya ilustrasi dalam logika berpikir saja. Baik, kita
lanjutkan lagi.
Dalam Islam kita mengenal empat
malaikat yaitu, malaikat Jibril, Mikail, Isrofil, dan Ijro’il. Nah, setelah
Islam masuk ke pulau Jawa, kepercayaan tentang Sedulur Papat Limo Pancer ini
kemudian dipadukan dengan empat malaikat yang melekat pada setiap manusia
(Islam abangan) ini. Bahkan dalam ajaran sufi tertentu, konsep ini disejajarkan
dengan keempat sifat nafsu, seperti yang sudah saya ulas di atas.
Malaikat Jibril As atau dalam bahasa
ibrani Gabriel artinya pahlawan tuhan fungsinya adalah penyampai informasi,
didalam Islam dikenal sebagai penyampai wahyu pada para nabi. Dalam konsep
Islam Jawa (abangan) Jibril diposisikan pada kekuatan spiritual pada Ketuban.
Ada pandangan yang menyatakan setelah Nabi Muhammad saw wafat maka otomatis
Jibril menganggur karena Muhammad-lah orang yang menerima wahyu terakhir.
Tapi tidak demikian dalam pandangan
Jawa, setiap orang di sertai Jibrilnya. Hakikatnya hanya ada satu Jibril di
alam raya ini tapi pancaran cahayanya ada dalam setiap diri. Seperti Ruh tidak
pernah dinyatakan dalam bentuk jamak didalam Islam. Tetapi setiap diri mendapat
tiupan ruh dari Tuhan dan ruh tersebut menjadi si Anu, si Ani, si Ano, dan seterusnya.
Hakekatnta Satu tetapi terpantul
pada setiap cermin sehingga seolah-olah setiap cermin mengandung Ruh, dan
manusia sebenarnya adalah cermin bagi Sang Diri, setiap diri menerima limpahan
cahayanya. Diantara limpahan cahayanya adalah Jibril yang menuntun setiap
orang.
Jibril akan menuntun manusia kejalan
yang benar, yang telah membersihkan dirinya, membersihkan cerminnya,
membersihkan hatinya. Jibril lah yang menambah daya agar teguh dan tebal
keimanan seseorang. Dalam khasanah Jawa Jibril berdampingan dengan Guru Sejati,
bersanding dengan diri Pribadi.
Jibril tidak mampu mengantarkan diri
Nabi ke Sidratul Muntaha dalam Mij'raj beliau juga diceritakan ketika Jibril
menampakan diri kehadapan rasul selalu ditemani malaikat mulia lainnya yaitu
Mikail isrofil Ijroil.
Jelas kiranya bahwa kehadiran
Ketuban ketika membungkus janin ternyata disertai saudara-saudaranya yang lain.
kemudian, jika ditinjau dari keddudukannya yang keluar paling awal maka disebut
sebagai kakak atau kakang (saudara tua) si bayi. Begitu si bayi lahir maka
selesailah sudah tugas Ketuban secara fisik. Tetapi eksistensi Ketuban secara
ruhaniah ia tetap menjaga dan membimbing bayi tersebut sampai akhir hayat.
Jika ditinjau dari sisi eksistensti
Jibril diciptakan setelah malaikat Mikail. dan Tali Pusar ada lebih dulu dari
pada selaput yang membungkus janin di pintu rahim (cervix).
Malaikat Israfil As, dalam
terminologi Islam, malaikat Israfil diciptakan setelah penciptaan Arsy
(Singgasana Tuhan ) disebut sebagai malaikat penggenggam alam semesta, ia
meniupTerompet Pemusnahan Dan Pembangkitan. Ia digambarkan menengadah ke atas
untuk melihat jadwal kiamat yang ada di Lawh Al Mahfuzh.
Israfil di sepadankan dengan
Ari-Ari, Tembuni atau Placenta, Ari-Ari adalah yang memayungi sang janin sampai
ketempat tujuan, dialah yang memberikan keamanan dan menyalurkan makanan serta
kenyamanan pada janin dengan ari-ari ini saat kehidupan berlangsung dalam
janin.
Eksistensi Ari-Ari ini disejajarkan
dengan malaikat Israfil, dalam kelahiran janin, Ari-Ari diterima sebagai
saudara muda (adik). Meskipun jasadnya telah tak ada lagi, Ari-Ari tetap
memberikan perlindungan bagi manusia setelah dilahirkan.
Dari sisi keberadaanya malaikat
Israfil dicipta terlebih dahulu dari pada malaikat Mikail dan Jibril As.
Israfil diyakini sebagai pelita hati bagi manusia agar hatinya tetap terang,
itulah sebabnya sejahat-jahatnya manusia masih ada secercah cahaya dalam
hatinya tetap ada kebaikan yang dimilikinya meski hanya sebesar debu.
Yang ketiga adalah malaikat Mikail
As, Salah satu malaikat yang menjadi pembesar para malaikat. Tugas malaikat
Mikail adalah memelihara kehidupan. Dalam hadis diceritakan bahwa malaikat
Mikail mengemban tugas memelihara pertumbuhan pepohonan, kehidupan hewan
juga Manusia. Dialah yang mengatur angin dan hujan dan membagi rejeki pada
seluruh mahluk.
Pada konsep sedulur papat yang sudah
di sesuaikan dengan ajaran Islam, Tali Puser merupakan Lokus,tempat dudukan
bagi malaikat Mikail dia merupakan tali penghubung bagi kehidupan manusia.
Zat-zat makanan, oksigen dan zat yang perlu dibuang dari tubuh janin agar tidak
meracuni tubuh janin. Dia telah mengatur kehidupan manusia dalam rahim melalui
malaikat malaikatnya.
Mikail dipandang orang Jawa sebagai
saudara yang memberikan sandang, pangan, dan papan. Jika seseorang memohon
perlindungan Tuhan maka Mikail yang akan menjalankan perintah Tuhan untuk
melindunginya.
Keempat adalah Malaikat Ijro’il As.
Malaikat Maut yang dipercaya sebagai yang bertanggung jawabakan kematian.
Kehadirannya amat ditakuti Manusia. Jika ajal telah tiba maka ia akan
mewafatkan manusia sesuai waktunya.
Dalam konsep sedulur papat malaikat
maut ini ternyata saudara manusia sendiri bukan orang lain dan ia pun tidak
akan menyalahi tugasnya bila seseorang belum sampai ajalnya ia tak akan
mewafatkannya. Dia hadir untuk meringankan penderitaan manusia, saudara sejati
pasti melindungi bila yang bersangkutan selalu dijalan yang benar. Bayangkan
bila manusia tidak bisa mati tetapi hidupnya menderita? Apa tidaktersiksa?
Ijro’il disebut sebagai kekuatan
Tuhan yang berada didalam Darah. Dalam kehidupan sehari hari Ijro’il bertugas
untuk menjaga hati yang suci. Jika hati terjaga kesuciannya maka ketakutan akan
hidup menderita dan kematian akan tak ada lagi.
Jika ajal telah sampai maka Ijro’il
mengorganisasi malaikat lainnya, mengorganisasi saudara-saudara lainnya untuk
mengakhiri hidupnya. Permana yang memberikan kekuatan pada sang Jiwa diangkat
keluar tubuh, sehingga tubuh tak dapat lagi dikendalikan oleh jiwa. Ruh
penyambung hidup kita lepas. Tubuh menjadi lunglai tak berdaya dan ini bentuk umum
kematian bagi manusia.
Semua saudara gaib ini sudah menjadi
satu dengan tubuh kita, ketika dalam rahim sendiri-sendiri wujudnya. Tapi
ketika sang bayi sudah lahir hanya ada satu wujud. Empat saudara kita tetap
menyertai kita dalam wujud Ruh dan tidak kasat mata
Semar sebagai pamomong keturunan
Sapta arga tidak sendirian. Ia ditemani oleh tiga anaknya,yaitu; Gareng,
Petruk, Bagong. Ke empat abdi tersebut dinamakan Punakawan. Dapat disaksikan,
hampir pada setiap pegelaran wayang kulit purwa, akan muncul seorang ksatria
keturunan Sapta arga diikuti oleh Semar, Gareng, Petruk, Bagong.
Cerita apa pun yang dipagelarkan, ke
lima tokoh ini menduduki posisi penting. Kisah mereka diawali mulai dari sebuah
pertapaan Sapta arga atau pertapaan lainnya. Setelah mendapat berbagai macam
ilmu dan nasihat-nasihat dari Sang Begawan, mereka turun gunung untuk
mengamalkan ilmu yang telah diperoleh dengan melakukan tapa ngrame (menolong
tanpa pamrih).
Dikisahkan, perjalanan sang ksatria
dan ke empat abdinya memasuki hutan. Ini menggambarkan bahwa sang ksatria mulai
memasuki medan kehidupan yang belum pernah dikenal. Dunia yang gelap, penuh
semak belukar, banyak binatang buas, dan makhluk jahat yang siap menghadangnya.
Bahkan jika lengah sedikit saja dapat mengacam jiwanya.
Namun pada akhirnya Ksatria, Semar,
Gareng, Petruk, Bagong berhasil memetik kemenangan dengan mengalahkan kawanan
raksasa, sehingga berhasil keluar hutan dengan selamat. Diluar hutan, rintangan
masih menghadang, bahaya senantiasa mengancam. Berkat Semar dan anak-anaknya,
sang Ksatria dapat menyingkirkan segala penghalang dan berhasil menyelesaikan
tugas hidupnya dengan selamat.
Mengapa peranan Semar dan
anak-anaknya sangat menentukan keberhasilan suatu kehidupan? Semar merupakan
gambaran penyelenggaraan Illahi yang ikut berproses dalam kehidupan manusia.
Untuk lebih memperjelas peranan Semar, maka tokoh Semar dilengkapi dengan tiga
tokoh lainnya.
Keempat punakawan tersebut merupakan
simbol dari cipta, rasa, karsa dan karya. Semar mempunyai ciri menonjol yaitu
kuncung putih. Kuncung putih di kepala sebagai simbol dari pikiran, gagasan
yang jernih atau cipta.
Gareng mempunyai ciri yang menonjol
yaitu bermata kero, bertangan cekot dan berkaki pincang. Ketiga cacat fisik
tersebut menyimbolkan rasa. Mata kero, adalah rasa kewaspadaan, tangan cekot
adalah rasa ketelitian dan kaki pincang adalah rasa kehati-hatian.

Cipta, rasa, karsa dan karya
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Cipta, rasa, karsa, dan
karya berada dalam satu wilayah yang bernama pribadi atau jati diri manusia,
hal ini disimbolkan tokoh Ksatria. Gambaran manusia ideal adalah merupakan
gambaran pribadi manusia yang utuh, dimana cipta, rasa, karsa dan karya dapat
menempati fungsinya masing-masing dengan harmonis, untuk kemudian berjalan
seiring menuju cita-cita yang luhur.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa antara Ksatria dan
punakawan mempunyai hubungan tak terpisahkan. Tokoh ksatria akan berhasil dalam
hidupnya dan mencapai cita-cita ideal jika didasari sebuah pikiran jernih
(cipta), hati tulus (rasa), kehendak, tekad bulat (karsa), dan mau bekerja
keras (karya). Simbolisasi ksatria dan empat abdinya, serupa dengan 'ngelmu'
sedulur papat limo pancer. Sedulur papat adalah panakawan, kalimo pancer adalah
ksatriyanya. Nuwun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar