Rabu, 01 Maret 2017

Konsep Ajaran Hidup Sukses dari Kawruh" Panca Daya"


Mungkin sebagian darimasyarakat luas agak asing dengan istilah pada judul di atas. Secara harfiah, panca artinya lima dan daya artinya kekuatan yang dalam hal ini adalah kekuatan batin. Konsep ‘Panca Daya’ pada dasarnya merupakan ajaran pengembangan diri (self development) agar sukses dalam kehidupan pribadi, dalam organisasi maupun dalam masyarakat.


Lima daya yang diajarkan mencakup:

  1. Daya kawruh luhuring sujanma (penguasaan ilmu untuk kehidupan).
  2. Daya adiling pangarsa (keadilan seorang pemimpin)
  3. Daya katemahaning pengupa boga (kemampuan mencari nafkah)
  4. Daya kastyaning para panggawa lan nayaka (kesetiaan bawahan)
  5. Daya panembahing para kawula (kekuatan watak / moral masyarakat).


Daya kawruh luhuring sujanma mengajarkan bahwa orang harus menguasai ilmu kalau mau kuat. Dalam istilah modern dikatakan bahwa orang perlu mempunyai kapasitas intelektual kalau mau sukses. Dengan cara bagaimana kapasitas intelektual dicapai itu tidak menjadi masalah. Jadi yang pokok adalah orang mempunyai kapasitas intelektual cukup meskipun dia tidak bersekolah tinggi.

Di jaman sekarang istilah kapasitas intelektual ini perlu dipopulerkan atau disosialisasikan. Orang tua di Indonesia makin hari makin bingung tentang tujuan menyekolahkan anaknya. Akibatnya tujuan sekolah hanyalah untuk mendapatkan ijazah, kalau perlu ijasah palsu juga boleh. Ijasah perguruan tinggi dijadikan alat untuk mendongkrak kedudukan sosial. Apalagi kalau ijasah itu keluaran luar negeri.


Daya kawruh luhuring sujanma mengajarkan bahwa  dengan memiliki ilmu atau mempunyai kapasitas intelektual tinggi itu akan membentuk budi luhur pada diri manusia. Saya ingat pada waktu saya kecil, kalau ada anak yang nakal atau kurang ajar, maka tetangga akan mengatakan: “Dasar anak tidak makan sekolahan”. Dengan ungkapan itu ada keyakinan bahwa sekolahan tidak hanya menjadikan anak pandai tetapi juga mempunyai budi luhur. Jadi anak yang makan sekolahan adalah anak yang tidak nakal.

Daya adiling pangarsa mengajarkan sikap adil sebagai seorang pemimpin. Pemimpin tidak harus diartikan pejabat, tetapi juga pemimpin rumah tangga, pemimpin masyarakat, organisasi ataupun perusahaan. Menerapkan keadilan tidaklah mudah karena seorang pemimpin harus mampu menerjemahkan arti keadilan pada setiap waktu dan dalam setiap kasus dan keadaan. Orang tua adalah pemimpin yang harus menerapkan keadilan pada anak-anaknya yang mungkin  memiliki bakat, kepintaran dan kondisi fisik yang tidak sama.

Daya katemahaning pengupa boga mengajarkan agar setiap orang mempunyai kemampuan mencari nafkah. Kata daya disini artinya bukan sekedar kemampuan dalam bentuk keterampilan atau keahlian, tetapi juga daya dalam bentuk keuletan, kegigihan, semangat kerja, didikasi, disiplin serta kejujuran. Daya mencari nafkah juga diperlukan agar orang tidak menjadi beban orang lain, tidak malas atau mencari nafkah dengan jalan pintas. Orang harus mempunyai daya untuk menghidupi diri dan keluarganya.

Daya kastyaning para panggawa lan nayaka  memberi pelajaran tentang kesetiaan atau loyalitas kepada atasan maupun kepada organisasi, masyarakat dan negara. Yang kita bicarakan di sini adalah tentang daya bukan tentang  keharusan atau kewajiban. Dengan demikian daya kastyaning para panggawa lan nayaka adalah daya atau kemampuan untuk loyal dan bukan kewaijiban untuk loyal. Dengan demikian kita harus menentukan kapan daya tersebut patut dan tidak patut digunakan terhadap atasan, organisasi, masyarakat dan negara.

Daya panembahing para kawula  adalah daya berupa watak dan moralitas  yang ada pada diri seseorang maupun  pada masyarakat. Kata manembah mempunyai kata dasar sembah. Dengan demikian kata manembah dapat diartikan dengan mempunyai sesembahan atau jelasnya mempunyai keimanan atau keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Pencipta.  Orang yang beriman tentu mempunyai daya atau kekuatan moral dan mental yang kuat. Itulah inti ajaran ini.

Panca Daya atau lima daya tersebut di atas merupakan kesatuan atau keterpaduan yang dapat saya ringkaskan ke dalam tiga kapasitas dalam diri manusia, yaitu: kapasitas intelektual, kapasitas mental dan kapasitas moral.

Tiga kapasitas tersebut masih merupakan potensi daya dalam diri manusia. Agar daya potensial ini dapat digunakan maka diperlukan keperdulian. Begitu keperdulian sesorang timbul maka ketiga kapasitas tersebut akan menjadi mesin penggerak yang luar biasa kuat dan efektif.

Kapasitas intelektual pada dasarnya adalah penguasaan informasi, pengalaman dan kemampuan menggunakannya. Kapasitas mental tercermin pada sikap hidup yang menghasilkan percaya diri, keteguhan, keuletan, kegigihan, keberanian, kesabaran dan sebagainya. Kapasitas moral menjadikan orang jujur, amanah,  ikhlas, empati, yang secara keselurahan tercakup dalam ajaran eling lan waspada. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar