Bagi masyarakat Suku
Jawa, budaya pementasan wayang merupakan salah satu warisan yang tiada duanya.
Wayang merupakan sarana interaktif yang cukup ampuh bagi masyarakat luas. Bab,
biasanya wayang banyak menceritakan tentang sisi kehidupan manusia yang
hikmahnya dapat diambil oleh penonton secara luas.
Sebelum memulai suatu pertunjukan biasanya dalang akan menggelar gunungan atau kayon.
Sepertinya tak banyak yang mengetahui jika gunungan wayang sangat sarat makna.
Sebagai generasi yang akan mewarisi kekayaan budaya Indonesia, sangat bijaksana
jika kita mengetahui makna gunungan yang sangat kaya makna tersebut.
Biasanya sebuah gunungan dilengkapi dengan beberapa gambar yang mewakili alam
semesta:
• Rumah atau balai dengan lantai bertingkat tiga dan pada bagian daun pintu
rumah dihiasi lukisan Kamajaya berhadapan dengan Dewi Ratih.
• Dua raksasa berhadapan dengan membawa senjata pedang atau gada lengkap dengan
tamengnya
• Dua naga bersayap
• Hutan belantara dengan satwa-satwa
• Harimau berhadapan dengan banteng
• Pohon besar di tengah hutan yang dililit seekor ular.
• Kepala makara di tengah pohon
• Dua ekor kera dan lutung di atas ranting
• Dua ekor ayam alas bertengger di atas cabang pohon
Gunungan pada wayang kulit berbentuk
kerucut (lancip ke atas) melambangkan kehidupan manusia. Semakin
tinggi ilmu dan semakin tua usia, manusia harus semakin mengkerucut (golong
gilig) manunggaling Jiwa, Rasa, Cipta, Karsa, dan Karya dalam kehidupan kita
(semakin dekat dengan Sang Pencipta).
Gapura dan dua penjaga pada
Gunungan Wayang Kulit (Cingkoro Bolo dan Bolo Upoto), lambang hati manusia baik
dan buruk. Tameng dan godho yang dipegang oleh raksasa tersebut diterjemahkan
sebagai penjaga alam dan terang.
Pohon besar yang tumbuh menjalar ke
seluruh badan dan puncak gunungan melambangkan segala
budi-daya dan perilaku manusia harus tumbuh dan bergerak maju (dinamis)
sehingga bermanfaat dan mewarnai dunia dan alam semesta. Selain itu, pohon
besar yang ada pada gunungan juga melambangkan bahwa Tuhan memberi pengayoman
dan perlindungan bagi manusia yang hidup di dunia ini.
Burung melambangkan manusia
harus membuat dunia dan alam semesta menjadi indah dalam spiritual dan
material.
Benteng pada gunungan
melambangkan manusia harus kuat, lincah, ulet, dan tangguh. Sedangkan kera
melambangkan sifat manusia harus seperti kera mampu memilih dan memilah
baik-buruk, manis-pahit, karena kera mampu memilih buah yang baik, matang dan
manis. Harapannya, manusia dapat memilih perbuatan baik dan buruk.
Harimau di alam liar digambarkan
sebagai raja hutan, namun pada gunungan harimau dilambangkan bahwa manusia
harus menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri (punya jati diri), harus mampu
bertindak bijaksana dan mampu mengendalikan nafsu serta hati nurani untuk
menjadi manusia yang lebih baik, yang pada akhirnya bermanfaat bagi diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.
Rumah joglo (gapuran)
melambangkan suatu rumah atau Negara yang didalamnya memiliki kehidupan aman,
tenteram, dan bahagia.
Budaya bangsa yang sudah diakui kekayaannya oleh dunia harus dijaga, dan
dimengerti, sehingga kelestariannya akan terus terjaga hingga generasi mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar